Pada masa jahiliyah, orang arab beranggapan bahwa dalam bulan shafar merupakan bulan yang tidak baik, bulan penuh dengan musibah maupun bencana, sehingga orang arab menunda aktivitasnya pada bulan shafar, karena takut tertimpa bencana, begitu juga dengan tradisi kejawen, banyak perhitungan-perhitungan yang di gunakan untuk menentukan hari baik maupun jelek, hari keberuntungan dan hari kesialan. Lalu bagaimana menurut syari'at islam??
Ada sebuah hadis yang berhubungan dengan bulan ini, hadist yang di riwayatkan oleh imam bukhori dan muslim untuk meluruskan keyakinan-keyakinan maupun i'tiqod mereka, Nabi bersabda :
لا عدوى ولا طيرة ولا هامة ولا صفر
"tidak ada penularan penyakit, tidak di perbolehkan meramalkan adanya hal hal buruk, tidak boleh berprasangka buruk, dan tidak ada keburukan dalam bulan shafar. (HR. bukhori dan muslim)
Lalu penduduk arab bertanya kepada rosulullah, "wahai Rosulallah, lalu bagaimana dengan onta yang semula sehat kemudian berkumpul dengan onta yang kudisan kulitnya, sehngga onta tersebut menjadi kudisan pula? Kemudian Rosulullah menjawab dengan sebuah pertanyaan. lalu, siapa yang menularkan (kudis) pada unta yang pertama?
Ungkapan hadits "laa 'adwa" atau (tidak ada penularan penyakit), itu bermaksud meluruskan i'tiqod golongan jahiliyah. Pada saat itu mereka berkeyakinan bahwa penyakit itu dapat menular dg sendirinya tanpa bersandar pada ketentuan dari taqdir ilahi....
Oleh sebab itu, untuk meluruskan keyakinan mereka, Rosulullah menjawab pertanyaan dg pertanyaan pula, "jika penyakit kudisnya onta yang sehat berasal dari unta yang sudah kudisan, onta yang kudisan berasal dari yang lain, kemudian siapa yang menularkan penyakit kudis pada unta yang pertama kali terkena penyakit kudis?"
Sakit atau sehat,musibah atau selamat, semua kembali kepada kehendak Allah. Penularan hanyalah sebuah sarana berjalannya taqdir allah. Namun walaupun kesemuanya kembali kepada allah, bukan semata-mata sebab penularan, manusia tetap diwajibkan untuk ikhtiyar dan berusaha agar terhindar dari segala musibah.
Karena di samping lain rosul bersabda :
لا يردن ممرض على مصح
"janganlah unta yang sakit didatangkan pada unta yang sehat".
Ada lagi hadist :
فر من المجذِوم فرارك من الأسد
"larilah dari orang yang sakit lepra, seperti kamu lari dari singa"
"wala shofaro" (atau tidak ada keburukan dalam bulan shafar) Hadist tersebut untuk mematahkan i'tiqod yg keliru dikalangan jahiliyah. Mereka menganggap bhwa bulan shafar merupakan bulan yang kurang baik, bulan yang bnyak musibah dan bencana,
menurut islam, semua bulan dan hari itu baik, masing-masing mempunyai sejarah, keistimewaan maupun peristiwa tersendiri. Jika bulan tertentu mempunyai sisi nilai keutamaan yang lebih, bukan berarti bulan yang lain merupakan bulan yang buruk. Misalnya, dalam bulan romadlon ada peristiwa nuzulul qur'an dan lailatul qodar, dalam bulan rojab ada isro' mi'roj, dalam bulan robi'ul awal ada peristiwa kelahiran nabi shollallahu alaihi wa salamma. dll.
Jikalau ada kejadian tragis atau peristiwa yang memilukan dalam sebuah bulan, itu bukan berarti bulan tersebut adalah bulan musibah atau bulan penuh kesialan. Namun kita harus pandai-pandai mencari hikmah di balik peristiwa itu, dan amaliyah apa yang harus dilakukan sehingga terhindar dan selamat dari berbagai musibah.
RABU WEKASAN
Rabu wekasan merupakan istilah lain dari rabu terakhir dalam bulan shafar. Sebagian "ahli ma'rifat" menyatakan, bahwa hari rabu terakhir dalam bulan shafar adalah hari yang terberat di banding hari hari yang lain, karena pada hari itu allah akan menurunkan musibah untuk 1 tahun kedepan...
Dari sini orang-orang salah mengartikan, bahwa hari itu adalah hari yang buruk dan bulan yang buruk, kita sering terjebak pada konotasi negative, karena sebuah tragedi yang pernah terjadi pada bulan atau hari tertentu, mestinya peristiwa yang terjadi pada hari tersebut kita jadikan bahan renungan agar kita dapat lebih dekat kepada allah,,
pada hari rabu terakhir di bulan shafar atau hari yang lain, di anjurkan memperbanyak doa atau ibadah lainnya dengan harapan agar terhindar dari musiban maupun bencana dalam 1 tahun mendatang dan selamat dari berbagai musibah...
Ada sebuah hadis yang berhubungan dengan bulan ini, hadist yang di riwayatkan oleh imam bukhori dan muslim untuk meluruskan keyakinan-keyakinan maupun i'tiqod mereka, Nabi bersabda :
لا عدوى ولا طيرة ولا هامة ولا صفر
"tidak ada penularan penyakit, tidak di perbolehkan meramalkan adanya hal hal buruk, tidak boleh berprasangka buruk, dan tidak ada keburukan dalam bulan shafar. (HR. bukhori dan muslim)
Lalu penduduk arab bertanya kepada rosulullah, "wahai Rosulallah, lalu bagaimana dengan onta yang semula sehat kemudian berkumpul dengan onta yang kudisan kulitnya, sehngga onta tersebut menjadi kudisan pula? Kemudian Rosulullah menjawab dengan sebuah pertanyaan. lalu, siapa yang menularkan (kudis) pada unta yang pertama?
Ungkapan hadits "laa 'adwa" atau (tidak ada penularan penyakit), itu bermaksud meluruskan i'tiqod golongan jahiliyah. Pada saat itu mereka berkeyakinan bahwa penyakit itu dapat menular dg sendirinya tanpa bersandar pada ketentuan dari taqdir ilahi....
Oleh sebab itu, untuk meluruskan keyakinan mereka, Rosulullah menjawab pertanyaan dg pertanyaan pula, "jika penyakit kudisnya onta yang sehat berasal dari unta yang sudah kudisan, onta yang kudisan berasal dari yang lain, kemudian siapa yang menularkan penyakit kudis pada unta yang pertama kali terkena penyakit kudis?"
Sakit atau sehat,musibah atau selamat, semua kembali kepada kehendak Allah. Penularan hanyalah sebuah sarana berjalannya taqdir allah. Namun walaupun kesemuanya kembali kepada allah, bukan semata-mata sebab penularan, manusia tetap diwajibkan untuk ikhtiyar dan berusaha agar terhindar dari segala musibah.
Karena di samping lain rosul bersabda :
لا يردن ممرض على مصح
"janganlah unta yang sakit didatangkan pada unta yang sehat".
Ada lagi hadist :
فر من المجذِوم فرارك من الأسد
"larilah dari orang yang sakit lepra, seperti kamu lari dari singa"
"wala shofaro" (atau tidak ada keburukan dalam bulan shafar) Hadist tersebut untuk mematahkan i'tiqod yg keliru dikalangan jahiliyah. Mereka menganggap bhwa bulan shafar merupakan bulan yang kurang baik, bulan yang bnyak musibah dan bencana,
menurut islam, semua bulan dan hari itu baik, masing-masing mempunyai sejarah, keistimewaan maupun peristiwa tersendiri. Jika bulan tertentu mempunyai sisi nilai keutamaan yang lebih, bukan berarti bulan yang lain merupakan bulan yang buruk. Misalnya, dalam bulan romadlon ada peristiwa nuzulul qur'an dan lailatul qodar, dalam bulan rojab ada isro' mi'roj, dalam bulan robi'ul awal ada peristiwa kelahiran nabi shollallahu alaihi wa salamma. dll.
Jikalau ada kejadian tragis atau peristiwa yang memilukan dalam sebuah bulan, itu bukan berarti bulan tersebut adalah bulan musibah atau bulan penuh kesialan. Namun kita harus pandai-pandai mencari hikmah di balik peristiwa itu, dan amaliyah apa yang harus dilakukan sehingga terhindar dan selamat dari berbagai musibah.
RABU WEKASAN
Rabu wekasan merupakan istilah lain dari rabu terakhir dalam bulan shafar. Sebagian "ahli ma'rifat" menyatakan, bahwa hari rabu terakhir dalam bulan shafar adalah hari yang terberat di banding hari hari yang lain, karena pada hari itu allah akan menurunkan musibah untuk 1 tahun kedepan...
Dari sini orang-orang salah mengartikan, bahwa hari itu adalah hari yang buruk dan bulan yang buruk, kita sering terjebak pada konotasi negative, karena sebuah tragedi yang pernah terjadi pada bulan atau hari tertentu, mestinya peristiwa yang terjadi pada hari tersebut kita jadikan bahan renungan agar kita dapat lebih dekat kepada allah,,
pada hari rabu terakhir di bulan shafar atau hari yang lain, di anjurkan memperbanyak doa atau ibadah lainnya dengan harapan agar terhindar dari musiban maupun bencana dalam 1 tahun mendatang dan selamat dari berbagai musibah...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar